Tim.. Aku Sedang tidak Baik-baik Saja...

Intro

Maaf aku harus mengumpulkan teman-teman secara mendadak. Ada hal penting yang aku harus sampaikan ke teman-teman semua.

Semua berkumpul dalam ruangan yang tidak terlalu besar sehingga dapat diisi penuh total 8 - 9 orang.

Seperti yang teman-teman ketahui, bahwa setiap minggu aku selalu mengadakan sesi coaching ke teman-teman semua. Satu hal yang selalu aku ingin tahu saat sesi tersebut adalah kondisi teman-teman semua. Apakah teman-teman siap untuk menerima tantangan pekerjaan yang akan dihadapi ke depan. Ibaratnya jika kita sedang di medan perang, aku perlu mengetahui apakah tim aku siap jika aku berangkatkan ke perang baik secara fisik ataupun mental. Karena, sebagai seorang pemimpin, aku tidak ingin melihat kalian terbebani atau bahkan "mati" di medan perang. Aku ingin memastikan teman-teman siap semua.

Pemikiran tersebutpun dalam beberapa kesempatan aku lontarkan ke diri sendiri. Apakah aku sebagai pemimpin, siap untuk menerima tantangan yang akan dihadapi ke depan baik secara fisik ataupun mental?

Dalam beberapa detik aku terdiam. Aku masih berpikir, apakah aku siap untuk menjawab pertanyaan itu dan berbagi ke tim. Sambil memegang tangan sendiri penuh gelisah, aku melihat satu-persatu wajah setiap orang dalam tim aku yang duduk mengitari meja persegi panjang. Menunggu apa yang akan aku sampaikan dengan wajah penuh penasaran. Aku terduduk di paling ujung kanan dari pintu masuk, masih terdiam sampai tiba aku siap untuk berbicara.

Tim.. Aku sedang tidak baik-baik saja...

Akhirnya aku dapat mengatakan kalimat tersebut. Kalimat yang singkat, namun susah sekali untuk aku ucapkan. Sebagai pemimpin, aku selalu berusaha untuk kuat dan menunjukan aura yang positif. Karena aku yakin, itu adalah salah satu hal penting yang harus aku lakukan untuk dapat menunjukan leadership presence. Sehingga dapat dibayangkan, betapa sulitnya aku harus mengucapkan kalimat tersebut. Kekhawatiran aku akan terlihat lemah dan tidak dapat menjadi pemimpin yang mereka harapkan.

Kuucapkan kalimat tersebut dengan penuh perasaan yang mendalam. Aku orang yang cukup sensitif, dan akhirnya aku sedikit sedih saat menyampaikan itu. Aku tidak dapat menahan sedih karena memang saat itu aku sedang tidak baik-baik saja. Aku sedang tidak sanggup untuk bertahan dan berpura-pura bahwa aku baik-baik saja.

Aku mohon maaf jika aku harus menyampaikan ini. Teman-teman tahu aku orang yang sangat berkomitmen. Aku menyampaikan ini bukan berarti aku berusaha lari dari tanggung jawab. Namun aku menyampaikan ini agar  teman-teman tahu kondisi yang aku alami saat ini sehingga aku dapat memberikan ekspektasi yang sesuai kepada teman-teman terhadap apa yang terjadi saat ini.

Aku butuh waktu teman-teman. Waktu untuk menyelesaikan atau setidaknya meredakan apa yang terjadi padaku saat ini. Selama masa tersebut, aku minta tolong bantuan teman-teman untuk bantu saya. Bantu saya untuk menjalankan tugas dan tantangan pekerjaan masing-masing. Aku pasti akan tetap berkomitmen dan bertanggung jawab sebagai pemimpin.

Sambil menahan kesedihan, aku berusaha untuk kembali ke kondisi my normal state of mind. Bersikap profesional dan menunjukan that I'm still a leader that they can rely on. Aku pun berdiri sebagai tanda mengakhiri sesi pertemuan ini sambil menjabat tangan masing-masing tim saat itu.

20 July 2022 | 17.00

A leader is a Human too.

Setiap manusia pasti mengalami tantangan hidup, siapapun itu. Setiap manusia pasti pernah dan akan mengalami waktu dimana mereka tidak baik-baik saja, siapapun itu. Pertanyaan nya adalah, apakah kita memahami bahwa kita sedang tidak baik-baik saja? Dan apa langkah yang harus dan dapat kita lakukan to cope with that?

Aku selalu percaya mengenai pikiran positif dan memosisikan diri untuk selalu positif. Dahulu, setiap ada tantangan, selalu mencoba berpikir positif dan menunjukan bahwa semuanya baik-baik saja. Aku berusaha menyelesaikan semua sendiri demi agar terlihat tegar dan kuat. Namun, akhirnya aku belajar bahwa apa yang aku lakukan itu tidak tepat. Aku hanya menunda dan mengacuhkan apa yang terjadi terutama kepada diri sendiri. Aku hanya berusaha "terlihat" positif.

Berjalannya waktu, aku belajar, positivity tidak hanya tentang terlihat positif. Namun belajar mengenai kesadaran tentang apa yang kita rasakan saat itu sehingga pada akhirnya kita dapat mengambil langkah untuk menjawab tantangan. Apa yang kita rasakan saat itu? Apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi tantangan tersebut? Apa saja opsi yang ada? Dari semua itu, mana opsi yang terbaik? Bagaimana menjalankan opsi tersebut agar dapat berhasil? 

Salah satu nilai yang aku pegang sebagai seorang pemimpin adalah Commitment. Bagaimana kita dapat menjaga dan menjalankan komitmen pekerjaan sebagai seorang pemimpin sehingga mendapatkan trust dari tim dan dapat menjadi Effective Leader. Saat itu, aku memang sedang tidak baik-baik saja dan aku sadar keadaan itu mempengaruhi kualitas kerjaku. Aku percaya bahwa tim pasti akan selalu membutuhkan sosok pemimpin, kapanpun. Sebagai wujud untuk terus berkomitmen, aku sadar bahwa aku harus jujur dengan keadaan dan berbagi dengan tim. Tujuan yang ingin kucapai adalah agar aku dapat memberikan ekspetasi yang sesuai dengan tim sehingga tetap tercipta kerja sama yang baik, dan aku tetap dapat mewujudkan nilai yang aku pegang, Commitment.

What I've Learned

Sebagai seseorang yang selalu curious, aku selalu berusaha untuk belajar dari setiap keadaan yang terjadi. Apa yang hal baik yang telah aku dapat? Apa yang aku pelajari? Apa hal yang dapat membuat aku menjadi manusia yang lebih baik? Belajar dari pengalaman ini, akupun melakukan hal yang sama dengan menajwab beberapa pertanyaan tersebut. Terdapat 3 hal yang aku pelajari dari kejadian tersebut

Connection

Dengan menunjukan apa yang terjadi pada diriku saat itu, aku memberikan pesan bahwa leader is a human too. Pemimpin juga manusia dan akan merasakan apa yang dirasakan layaknya manusia pada umumnya. Aku melepaskan label bahwa pemimpin harus selalu kuat and above all. Aku menunjukan bahwa both leader and follower are equal, are human, and are important. Ini membentuk kesetaraan yang merupakan fondasi awal untuk membentuk meaningful connection. Kita cenderung akan memberikan koneksi atau hubungan lebih ke orang yang memiliki kesetaraan dengan kita karena kita dapat memulai hubungan dengan something that we have in common.

Compassion

Selepas aku menginformasikan keadaan yang aku alami, aku menyadari bahwa aku telah dengan penuh kesadaran memahami apa yang terjadi dalam diri sendiri. Aku jujur dengan apa yang aku rasakan dan sadar apa yang aku butuhkan as a person. Ini adalah fondasi awal to be compassionate to others. We need to be kind to ourself before we practice compassionate to others.

Collaboration

Aku sangat bangga dengan teman-teman dalam tim aku. Mereka dapat dengan sangat hebat membantu aku dalam beberapa tantangan yang terjadi di lapangan di saat aku membutuhkan waktu to resolve my things. Aku tidak meyadari akan hal tersebut jika kejadian ini tidak terjadi. Mungkin aku tetap memperlakukan mereka seperti apa yang aku perlakukan sebelumnya. Namum, dengan adanya kejadian ini, aku belajar bahwa ini membantu mereka to step up to the next level. Kita dapat meningkatkan kolaborasi antar tim, mereka dapat mengerjakan tantangan-tantangan yang terjadi dengan luar biasa sehingga dapat meningkatkan potensi serta kemampuan mereka.

Vulnerability is not a weakness, it is proof that we are human. It is proof that we understand ourselves and try to be better.

Terima Kasih untuk Tim yang Luar Biasa

Tulisan ini sangat khusus aku dedikasikan dengan teman-teman di tim aku yang sangat luar biasa. Aku sangat bangga dengan pencapaian, kinerja serta performa yang mereka berikan. Tanpa mereka, aku bukan siapa-siapa. Merekalah yang membuat semua tantangan menjadi dapat dilalui melalui kolaborasi yang baik. Terima kasih untuk teman-teman dalam tim yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan kepada diriku. Aku selalu berkomitmen untuk menjadi yang terbaik dan menjalankan apa yang menjadi tanggung jawab.

Terima kasih untuk tim yang luar biasa:

Rachel: Selama 6 tahun lebih and still counting, bersama-sama membangun dari awal dan menghadapi tantangan. Apapun di tanganmu pasti dikerjakan dengan baik. Kamu luar biasa

Ferri: Menjalani beban dan tantangan dalam pekerjaan yang penuh dinamika. It is not easy, but you stay strong and committed. Kamu luar biasa

Annisa: Wanita tangguh yang selalu berusaha memberikan yang terbaik. Aku selalu percaya you can achieve and do more. Kamu luar biasa

Edwina: Aku kagum dengan kekuatanmu sebagai wanita. A very dedicated and committed woman. Kamu luar biasa

Firdaus: Siap membantu tim saat sedang dibutuhkan, itu salah satu kekuatanmu. Helpful, friendly and a good team player. Kamu luar biasa.

Conita: Dapat diandalkan dan siap menerima tantangan. Always want to learn and try to deliver the best result. Kamu luar biasa

Mas Genta: My mentor and always be. Tanpa bantuan dirimu dulu sebagai mentor, aku tidak dapat menjadi seperti yang sekarang. Kamu luar biasa

Jeanette: Selalu siap menerima tantangan. Tangguh dan hebat. Memiliki mindset untuk selalu tumbuh dan berkembang. Kamu luar biasa.

Yodhi

I'm a passionate individual driven by growth and motivation, dedicated to transforming my thoughts and ideas into engaging narratives on my blog. As an avid gym-goer and fitness enthusiast, I believe in the power of a healthy body for a healthy mind. My keen interest in business and self-development fuels my reading choices, constantly expanding my horizons. Above all, I am deeply committed to enhancing financial literacy, empowering others to achieve financial freedom and success.

https://www.yodhi.me
Previous
Previous

I Love You... but... We are Different (2)

Next
Next

A Week of My Time to Focus on Myself