Didiagnosis Epilepsi saat Remaja, Ini Kisah Saya

Saya didiagnosis epilepsi oleh dokter saat remaja, tepatnya pada tahun 2006/2007 saat saya menginjak bangku SMA kelas 2 ke kelas 3. Umur saya sekitar 16/17 tahun. Saat itu, saat mendengar diagnosis tersebut dari dokter, saya jujur tidak tahu apa itu epilepsi atau di Indonesia disebut juga penyakit ayan. Yang saya tahu, rumor tentang penyakit tersebut yang kurang lebih mirip orang gila karena adanya kejang-kejang dan hingga tidak sadarkan diri.

Sebelum saya bercerita tentang kisah ini, saya perlu katakan bahwa ingatan saya sangatlah tidak bagus. Saya tidak dapat memahami detil-detil perjalanan hidup saya. Kisah ini coba saya sampaikan dari gambaran umum yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya berkata kepada diri saya, "jangan lupakan ini... jangan lupakan ini". Tujuan nya, agar saya dapat terus mengenang kisah perjuangan saya saat itu. Ini kisah saya dan bagaimana saya menangani nya:

Awal Mula

Masa SMA

Sejak SMP kelas-3 saya sudah tidak tinggal dengan Orang tua. Saya tinggal dengan kakak di Yogyakarta dengan tujuan memang untuk menempuh pendidikan di Yogyakarta. Saya ingin mengikuti jejak kakak saya yang sudah mandiri sejak SMP. Kebetulan orang tua bekerja di perbankan BUMN yang menuntut untuk berpindah-pindah lokasi setiap 3-4 tahun. Saat itu, saya berkeputusan untuk lebih memilih tinggal menetap dengan tujuan studi jangka panjang, dan kota Yogyakarta lah yang dipilih.

Saya termasuk orang yang sangat ambisius dengan pelajaran. Mungkin bisa dibilang a little bit nerdy, namun saya sangat suka tantangan pelajaran terutama di bidang IPA (science). Saat SMA, bisa dikatakan saya masuk kelas yang paling unggulan di antara kelas yang lain yang isinya memang murid-murid unggulan. Mungkin saat itu sengaja dipisah agar kelas kita dapat difokuskan sebagai murid-murid unggulan.

Sebagai anak yang ambisius, saya sangat senang pelajaran-pelajaran yang bersifat logika seperti Matematika, Fisika dan Kimia. Saya sangat senang memecahkan rumus atau permasalahan di pelajaran tersebut. Selain aktif dalam kegiatan belajar, saya juga aktif di kegiatan ekstrakurikuler. Saya masuk sebagai grup inti debat bahasa Indonesia di sekolah, menjabat sebagai wakil ketua OSIS, aktif di kegiatan Rohaniawan Islam serta sebagai Kakak Pramuka berpangkat Bantara. Di luar sekolah, saya pun secara reguler ikut les bimbingan belajar di lembaga belajar seperti Primagama dan Ganesha Operation. Yaa, saya memang seaktif itu karena saya senang. Bahkan kadang saya bisa menghabiskan waktu hingga sore di sekolah di kegiatan-kegiatan sekolah.

Dalam beberapa kesempatan, saya mewakili sekolah dalam kegiatan cerdas cermat Matematika dan Fisika. Saya sempat mewakili Sekolah dan menjadi satu-satunya wakil dari sekolah dalam mengikuti ajang Olimpiade Fisika. Di kegiatan lain, saya juga beberapa kali berkesempatan menjadi wakil sekolah dalam ajang lomba debat bahasa Indonesia hingga menjadi finalis dan grand finalis.

Dengan kesibukan saya di sekolah, tidak heran saya terkadang memforsir waktu hingga sore di sekolah. Bahkan jika sedang mengikuti lomba, saya akan belajar ekstra di rumah hingga larut malam. Saat itu, walaupun saya memforsir diri, tapi saya senang karena memang itu hobi dan ambisi saya.

Pola Makan dan Pola Hidup

Saya bukan tipe yang senang jajan di luar. Orang tua pun tidak pernah memberi uang jajan. Saya tidak obesitas, dan alhamdulillah saya berkecukupan dalam makanan. Namun tidak dipungkiri, saat remaja pola makan juga tidak seimbang. Walaupun tidak jajan di luar, namun di rumah terkadang saya mengisi perut dengan jajanan snack seperti Chiki pada umumnya yang ada pada saat itu. Menu makanan juga tidak seimbang, tidak diimbangi dengan sayur dan buah-buahan yang cukup.

Jauh dari orang tua, memang membuat saya tidak begitu peduli dengan makanan. Di rumah kebetulan ada asisten rumah tangga yang bekerja membersihkan rumah dan memasak sehari-hari. Jadi kebiasaan makan saya memang sesuai dengan makanan yang ada saat itu serta jajanan-jajanan ringan. Selain makanan, saya juga jarang berolahraga secara teratur. Yaa secara masih remaja, olahraga juga tidak menjadi kebiasaan yang diajarkan orang tua. Olahraga yang saya lakukan hanya sekedar yang diajarkan di sekolah.

Kelelahan & Sakit Berkelanjutan

Awal mula merasakan sakit, waktu itu ditandai dengan kelelahan yang berkelanjutan. Sebagai pelajar yang cukup aktif, saya terbiasa dengan kegiatan-kegiatan sekolah serta pekerjaan-pekerjaan rumah atau kegiatan belajar tambahan yang harus saya lakukan di rumah. Bahkan dapat sampai larut malam, dan saya mampu melaluinya. Namun, dalam beberapa waktu saya merasa aneh. Saya jadi cepat lelah. Saya sudah tidak bisa lagi seperti dulu yang aktif dan bahkan belajar hingga larut malam. Rasanya badan capek dan lelah sekali sehingga saya tidak mampu menjalani hari.

Sampai akhirnya, tubuh saya sudah tidak mampu lagi. Di momen itu, saya tumbang. Momen awal di sekolah dimana saya pingsan dan tidak sadarkan diri. Pihak sekolah akhirnya memanggil keluarga untuk mengantarkan saya pulang.

Berjalan nya waktu, entah berapa kali saya tidak sadarkan diri jika saya terlalu lelah baik itu fisik ataupun mental. Berapa kali saya harus digotong dan diangkat oleh rekan atau guru-guru saya. Saya sudah tidak ingat berapa kali dan bagaimana itu terjadi secara detil. Namun, di setiap momen saya tidak sadarkan diri, tubuh saya langsung panas dan kadang badan bergetar. Setelah itu, saya akan benar-benar tidak sadarkan diri dan sepertinya terlelap hingga saya bangun.

Diagnosis Dokter

Berkunjung ke Dokter Spesialis

Mengingat apa yang terjadi dengan saya, orang tua pun lebih intens untuk berada di Yogyakarta. Saat itu saya dan orang tua saya juga belum mengetahui apa yang terjadi dengan saya. Saya lupa kejadian detil seperti apa, namun di awal-awal saya mulai sering tidak sadarkan diri, saya hanya diberi obat penurun demam biasa dan di bawa ke dokter umum.

Berjalan nya waktu, karena intensitas sering terjadi, akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa ke dokter spesialis untuk menemukan jawaban nya. Salah satu dokter spesialis awal yang kita temui adalah dokter saraf. Orang tua saya, Ibu menceritakan kepada dokter apa yang terjadi kepada saya. Saya hanya banyak diam dan hanya menjawab apa yang ditanya oleh dokter. Selanjutnya, treatment serta assessment awal dilakukan oleh dokter. Hingga pada akhirnya saya melakukan beberapa pemeriksaan oleh alat seperti MRI dan EEG untuk membantu mendiagnosis.

Singkat cerita, setelah pemeriksaan dilakukan, datanglah hari dimana dokter akan memberi kesimpulan dari pemeriksaan tersebut. Samar-samar di otak saya, waktu itu ditemani Ibu saya karena bapak harus bekerja dan tidak berada di Yogyakarta. Saya kurang mengingat detil percakapan, yang saya ingat adalah hasil diagnosis terakhir yang dikatakan dokter. Berdasarkan hasil diagnosis, dokter berkata "Sepertiya anak Ibu menderita Epilepsi / Ayan"

"Epliepsi?? Ayan??" Saya jujur belum terlalu paham. Saya pernah mendengar kata ayan, namun yang saya tahu, "itu bukannya penyakit semacam orang gila yaa?" hati saya berkata. Samar teringat, saya banyak diam dan mendengarkan dokter berbicara dengan Ibu. Diakhir percakapan, dokter memberikan resep serta obat yang harus saya minum secara berkala.

Setelah Diagnosis Dokter

Sesampainya di rumah setelah dari dokter, teringat di memori saya apa yang dikatakan Ibu. "Dhi, yodhi jangan kasih tahu siapa-siapa yaaa, Yodhi tahu kan ayan itu bagaimana?" Saya hanya mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Jujur saya juga tidak tahu apa itu ayan? apa itu epilepsi? itu berbahaya atau tidak? Yang saya tahu, rumor beredar ayan adalah penyakit orang gila karena kejang-kejang tidak jelas. Saya pun berpikir, "ah masa saya gila? Sepertinya saya waras-waras saja kok"

Pada akhirnya, saya hanya mengikuti saran dari Ibu untuk tidak menceritakan ke siapa-siapa, ke teman atau kerabat. Hanya keluarga yang tahu. Saya juga mengikuti saran dokter dengan meminum resep obat yang telah diberikan

Tidak Kunjung Sembuh

Setiap hari saya minum obat yang diberikan oleh dokter. Obat pun saya selalu bawa jika saat aktivitas di sekolah. Walaupun sudah mengikuti saran dokter dengan meminum obat, penyakit saya tidak kunjung sembuh. Saya masih merasakan kejadian yang sama walaupun frekuensi nya sudah tidak sesering dulu.

Momen Bangkit

unsplash-image-ZohDjhMJUxU.jpg

KISAH ITU…

Sejak diagnosis dari dokter, Saya hidup di bawah bayang-bayang penyakit epilepsi. Entah kenapa, saya tidak terlalu banyak mencari informasi saat itu secara mandiri. Selain internet belum se masif sekarang, saya juga lebih memercayakan dengan apa yang dikatakan serta arahan orang tua dan dokter.

Saya masih ingat samar-samar kejadian saat itu dan saya berusaha untuk tidak melupakan. Saat itu, saya memang sedang sibuk untuk mempersiapkan diri dalam rangka masuk ke universitas. Saya belajar mandiri dan mengikuti program bimbingan belajar sebagai persiapan dalam ujian masuk universitas. Teringat saat itu, setelah selesai kelas bimbingan belajar, langit sudah gelap yang sepertinya menunjukan sekitar pukul 8 malam. Dan di saat itu, saya mengalaminya kembali. Saya tidak sadarkan diri. Saya dibantu dan digotong ke dalam mobil, mobil dari kepala cabang bimbel tersebut. Saat itu, kebetulan saya juga mengikuti bimbel dengan kakak saya sehingga kakak saya yang memandu jalan pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, kebetulan orang tua saya ada di rumah Yogyakarta saat itu. Saya langsung digotong dan di bawa ke kamar saya. Samar teringat, Ibu memeluk saya yang terbaring di atas ranjang sambil menangis dan berkata "kamu kenapa nakkk." Teringat samar saya ingin merespon, namun tidak bisa, dan yang bisa saya lakukan hanya membalasnya dengan tangisan.

Momen tersebut tidak pernah akan saya lupakan, karena saat itu saya melihat Ibu saya sedih, menangis dan terpukul. Khawatir dengan apa yang terjadi oleh anaknya. Keesokan nya, setelah saya tersadar, saya bertekad untuk tidak ingin melihat Ibu saya sedih dan khawatir. Saya juga bertekad untuk tidak ingin melihat orang lain terbebani dengan adanya saya, yang harus menggotong, merawat atau memandu saya saat saya tidak sadarkan diri. Saya bertekad untuk berubah dan menjadi Yodhi yang baru.

Titik Balik

Setelah kejadian tersebut, orang tua saya berusaha untuk menemui dokter spesialis saraf yang lain untuk mencari opini lain mengenai kondisi saya. Saya bertemu dokter yang baru. Orang tua bercerita tentang apa yang terjadi serta diagnosis dari dokter sebelumnya. Beberapa pertanyaan pun sepertinya terlontar ke saya, dan saya jawab apa adanya. Orang tua bercerita juga tentang obat yang diberikan oleh dokter sebelumnya. Setelah dokter itu mengetahui obat yang diberikan, reaksi serta respon yang dilontarkan masih teringat di benak saya. "Ini obat keras, kenapa kok diberikan obat ini? Stop penggunaan nya, jangan diminum lagi!"

Pembicaraan pun berlanjut antara dokter itu dan orang tua saya. Seletah itu, sesaat sebelum menyelesaikan sesi konsultasi, dokter itu memandangi saya berkata seraya mengajukan beberapa pertanyaan. "Kamu suka makan sayur dan buah tidak?", "tidak dok", jawab saya. "Kamu olahraga tidak?", "tidak dok" jawab saya selanjutnya. "Oke, setelah ini kamu rutin ya olahraga. Makan juga yang teratur, perbanyak buah dan sayuran. Jangan stress-stress". Saya hanya terdiam, dan menjawab "iya dok".

Saat itu, setelah berkonsultasi dengan dokter tersebut, membuat tekad saya semakin yakin. Saya tidak ingin menyusahkan orang lain, saya tidak ingin melihat Ibu saya bersedih, saya tidak ingin menyusahkan orang tua. Di momen itulah saya sadar, yang bisa saya lakukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Olahraga teratur, makan-makanan sehat dan seimbang, serta menjauhi pola hidup yang tidak sehat seperti makan-makanan junk food hingga merokok. Momen itulah yang menjadi titik balik saya, bertekad menjadi Yodhi yang baru.

KehiduPan Setelah Itu

Follow IG @yodhi.getfit

Follow IG @yodhi.getfit

Memulai Gym dan Pola Hidup Sehat

Setelah momen tersebut, saya langsung bertekad untuk berolahraga. Kebetulan saat itu adalah saat dimana saya sudah diterima di Universitas, yaitu UGM dan saya mempunyai banyak waktu luang hingga masuk kampus. Kebetulan saat itu juga, saya pernah diajak kakak ke salah satu tempat gym di Yogyakarta. Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk memulai berolahraga dengan mendatangi tempat gym secara rutin.

Pola makanan pun pelan-pelan saya rubah. Saya kurangi makan-makanan junk food. Saya rutin kan juga makan makanan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pola istirahat pun coba diteraturkan sesuai saran dokter. Saya pun mencoba untuk tidak memforsir diri, dan mengetahui batas kemampuan saya.

Kehidupan yang baru ini saya coba nikmati. Awal mula tidaklah mudah untuk memulai kebiasaan baru. Namun, tekad yang kuat membantu untuk menjalani pola hidup yang baru tersebut. Setidaknya di awal mula, saya sempatkan 2-3 kali per minggu untuk berolahraga ke tempat gym.

Setelah Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Benar saja, sepertinya pola hidup sehat merupakan salah satu kunci nya. Saya sudah jarang hingga tidak lagi mengalami ketidaksadaran diri atau efek dari epilepsi. Namum tetap saja, saya masih memiliki yang namanya Epilepsi. Saya masih harus tetap sadar kemampuan diri dan apa yang dikatakan oleh tubuh saya.

Saya memahami kekurangan saya itu, itu dia kenapa saya berkomitmen untuk mengubah pola hidup agar saya tetap bisa menjalani hari tanpa harus takut dibayang-bayangi dengan kejadian epilepsi yang menimpa. Bulan berjalan, tahun berjalan, saya berusaha untuk menghadapi epilepsi dan melihat itu bukan sebagai kekurangan, namun kekuatan saya. Memandang dari sudut pandang yang berbeda, dan apa yang bisa saya lakukan sebagai manusia. Perubahan-perubahan harus saya lakukan, to cope with it:

1. Olahraga

Olahraga merupakan salah satu kunci hidup sehat yang saya terapkan. Saya sudah memulai di umur 16 tahun dan mulai rutin di umur 17 tahun sesuai saran dokter. Sebagai bentuk komitmen, saya selalu menyempatkan diri untuk berolahraga di tempat gym, melakukan kegiatan fitness dan angkat beban setidaknya setiap minggu.

2. Makan Sehat

Sesuai saran dokter, makan saya lebih dijaga. Saya mengurangi junk food dan juga jajajan-jajajan seperti makanan ringan, apalagi jajanan yang tidak sehat. Saya coba seimbangkan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu juga memastikan asupan air putih yang cukup setiap hari.

3. Tidak Merokok

Bapak saya adalah perokok, namun alhamdulillah saya tidak mengikuti jejak beliau walaupun sekarang bapak saya sudah berhenti. Bagi teman-teman yang mengenal saya, pasti salah satu saran yang biasa saya berikan adalah, berhenti merokok.

4. Menjaga tingkat stres

Saya mencoba menjaga tingkat stress di level yang aman. Saya menyadari, saya tidak bisa jika mengalami stress yang berlebihan. Berolahraga dan datang ke tempat gym merupakan salah satu kegiatan favorit untuk melepas stres. Selain itu, saya juga mencoba melakukan beberapa hal lain seperti santai sejenak, bertemu teman, hingga akhir-akhir ini sering melakukan meditasi.

5. Istirahat cukup

Saya sudah tidak lagi mencoba memforsir diri, namun cenderung lebih untuk memahami diri. Saya mencoba untuk selalu istirahat cukup. Memulai istirahat malam di waktu yang tepat dan bangun di pagi hari untuk melanjutkan ke kebiasaan berolahraga.

Kisah itu hingga >10 tahun kemudian

Bertahun-tahun berjalan, jujur tidaklah mudah. Saya harus menjalani sendiri dan tidak banyak orang yang tahu. Entah kenapa saya tidak sanggup bercerita tentang hal ini. Mungkin karena perkataan Ibu saya waktu itu? Di sisi lain saya juga tidak mau terlihat lemah dan orang menganggap saya lemah. Saya ingin terlihat sebagai sosok yang kuat. Tekad saya untuk tidak ingin menyusahkan orang lain, namun agar saya lebih berguna untuk orang lain.

Walaupun gaya hidup saya sudah berubah, namun kehidupan setelah itu, tidaklah mudah. Terkadang masih ada bayang-bayang itu. Bahkan di saat saya merasa momen itu akan terjadi kembali, saya mencoba one step back dari kehidupan sebagai cara agar epilepsi tidak kambuh. Di saat saya sudah merasa kelelahan, saya mengambil waktu untuk rehat sejenak. Melupakan rutinitas dan aktivitas sehari-hari. Sering saya menolak ajakan teman/kerabat untuk pergi. Jika saya tahu itu hingga larut malam atau saya tahu saya butuh istirahat, maka saya terpaksa mendengarkan apa yang dikatan tubuh saya yaitu berisirahat. Saya harus peka melihat pola tidur hingga aktivtas saya untuk memastikan saya cukup istirahat.

Di saat saya merasa stres level saya sedang tinggi, saya mencoba tenang, melakukan meditasi, menghadap ke Tuhan, hingga mencoba untuk berpikir positif. Di pekerjaan, beberapa kali saya luangkan waktu hanya sesederhana berkeliling lingkungan kantor saat saya mengetahui stress level saya sedang tinggi dan harus dijaga. Hal yang paling sulit adalah ketika saya sedang stress dan bingung harus berbicara dengan siapa dan bagaimana. At the end, akhirnya saya hanya bisa diam. Kadang merenung sendiri. Melakukan hal-hal yang bisa release the stress sendiri seperti meditasi, journaling, atau sesederhana jalan-jalan memutari kota.

Sebagai orang yang penuh ambisi, saya tidak ingin menjadikan epilepsi kelemahan saya. Oleh karena itu, segala cara saya coba lakukan sebagai Tekad untuk dapat mengendalikan dengan baik. Setelah lebih dari 10 tahun, saya baru dapat memberanikan diri mencari informasi lebih mendalam melalui internet apa itu Epilepsi. Saya mencoba memahami penyakit apa itu dan bagaimana dapat ditangani. Jujur, jika ditanya mengapa baru setelah 10 tahun, saya pun tidak punya jawaban nya. Entah kenapa, saya hanya mencoba untuk tidak mengingat momen itu kembali dan mencoba menerapkan gaya hidup yang disarankan dokter. Memercayakan bahwa itu adalah obatnya, dan saya tidak akan pernah kembali ke momen itu lagi jika saya rutin menjalankan nya. Mungkin di sisi lain, saya takut untuk menghadapi fakta / kenyataan yang ada terkait informasi yang mungkin akan saya dapatkan? Namun, kehidupan berjalan, terkadang momen epilepsi itu sesekali hampir datang kembali. Saya sering mengacuhkan, namun pada akhirnya, terdapat waktu dimana saya sadar bahwa saya harus dapat memahami itu agar saya dapat mengendalikan diri dan saya tidak bisa diam saja.

apa itu epilepsi?

Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran. Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik karena kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut.

Banyak literatur dan informasi yang saya baca mengenai epilepsi untuk mencoba lebih memahami secara mendalam. Seperti kaitan stress dengan epilepsi. Ada juga cerita antara epilepsi dan pengaruhnya dengan memori dari si penderita. Apa yang menjadi faktor kemungkinan timbul epilepsi. Faktor apa saja yang mungkin dapat memicu kambuhnya epilepsi. Apa yang bisa dilakukan untuk mengobati. Pesan-pesan serta cerita dari para penderita epilepsi. Dan banyak lainnya.

Penyakit epilepsi belum ada obatnya. Ini hanya bisa dijalani dengan perlakuan (treatment) yang tepat. Dalam beberapa kondisi, ada obat-obatnya yang dapat menurunkan tingkat kambuhnya eplilepsi, namun tidak untuk menyembuhkan. Salah satu treatment yang tepat adalah dengan menerapkan pola hidup yang sehat. Benar, sesuai kata dokter kedua yang aku temui. Dan setelah 10 tahun lebih, saya baru menemukan hubungan nya antara saran dokter dengan apa yang saya alami.

Literatur-literatur yang saya baca, ternyata memberikan ekspektasi yang jauh daripada yang saya bayangkan. Saya lebih terbuka dan menyadari apa yang terjadi serta apa yang harus saya lakukan. Di sisi lain, saya menjadi jauh lebih menerima apa yang menimpa saya. Saya mencoba mengambil sisi positif dari yang saya alami dan lebih mensyukuri pemberian dari Tuhan yang mungkin sebelumnya tidak terlihat. Pribadi saya pun mulai menunjukan perubahan, untuk semakin lebih baik, belajar dari pengalaman dan cerita di masa lalu.

Akhir dan Perjalanan Selanjutnya

Yodhi

Mengapa Bercerita

Setalah bertahun-tahun memendam cerita ini, saya berniat untuk bercerita. Salah satu tujuan nya adalah untuk menenangkan diri saya. The past years has been challenging and tough. But at least ini hal yang bisa saya bagikan to release the pain and say to myself. "Yodhi you are doing awesome. Thank you for stay strong and keep moving on". Selama ini saya selalu memendam dengan alasan itu adalah langkah terbaik. Saya tidak ingin dilihat lemah dan akhirnya membebani orang lain. Namun ternyata, setelah lebih dari 10 tahun ini, saya belajar bahwa ini bukanlah kelemahan. Ini adalah jalan yang diberikan Tuhan agar saya semakin kuat, agar saya semakin hebat. Selama perjalanan tersebut, saya pelan-pelan mulai membuka mata dan terlihat melalui sudut pandang yang lain.

Dengan adanya kejadian tersebut, memaksa saya untuk merubah diri dan gaya hidup. Saya menjadi orang yang jauh lebih positif dan melihat setiap kejadian dari sudut pandang yang baik. Hal itu saya lakukan dulu semata-mata untuk menjaga tingkat stress, namun ternyata sangat berguna di kehidupan saya sehari-hari baik itu dalam dunia pekerjaan, keluarga hingga pertemanan. Saya menjadi orang yang lebih disiplin dan teroganisir mengenai rencana-rencana jangka pendek hingga jangka panjang baik itu untuk kehidupan pribadi hingga pekerjaan. Saya menjadi orang yang jauh lebih sehat dengan menerapkan pola hidup sehat. Olahraga teratur, makan-makanan sehat, istirahat cukup, secara tidak langsung menjadi kebiasaan baru. Saya menjadi orang yang lebih berambisi, karena tekad kuat saya untuk berubah dan berguna untuk orang lain. Dari niat awal yang memang tidak ingin menyusahkan orang lain, berubah menjadi energi untuk menjadi Yodhi yang lebih baik dan berguna untuk orang lain.

Bagi teman-teman pembaca yang mengenal saya di kehidupan sehari-hari, itu dia mengapa saya selalu memotivasi teman-teman untuk melakukan gaya hidup sehat, berolahraga, makan-makanan dengan gizi seimbang, istirahat cukup, minum air putih, karena saya tidak ingin teman-teman merasakan apa yang saya rasakan. Di setiap kesempatan, saya pun juga sering menyarankan teman-teman saya untuk tidak merokok dan minum alkohol. Yaaa, itu juga saya lakukan karena alasan ini, karena pengalaman saya sebelumnya.

Saya ingin teman-teman dan semua memahami pentingnya menjaga diri dan hidup sehat. Hidup merupakan anugerah dari Tuhan dan kita diberi tanggung jawab untuk mengisi dengan hal-hal yang baik dan berguna. Kita dapat melaksanakan kesempatan itu, jika kita dapat hidup dan memanfaatkan apa yang Tuhan sudah berikan ke kita. Hidup dalam ketergantungan hingga menyusahkan orang lain bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Jika kita punya pilihan untuk hidup sehat, mengapa tidak kita terapkan? Hidup ini Indah dan hidup ini hanya sekali, kita harus dapat mengambil kesempatan sebaik mungkin, dan kesempatan itu bisa kita manfaatkan jika kita sehat.

Kisah ini menjadi pengingat hidup saya. Pengingat bahwa saya harus terus maju menjadi lebih baik. Pengingat bahwa hidup itu anugerah untuk diisi dengan hal-hal baik, positif dan berguna bagi sesama. (Baca tulisan saya: 5 Pelajaran Berharga setelah Didiagnosis Epilepsi)

Pesan saya kepada pembaca

At the end, saat  ini dan kedepan saya tetap harus dapat beradaptasi dan memahami epilepsi ini bukanlah beban, melainkan tantangan agar saya menjadi hebat. Tujuan lain saya bercerita adalah untuk memberikan sudut pandang  ke teman-teman. Semua orang mempunyai masalah dan tantangan masing-masing. "ah cuma masalah gitu doang", bukanlah jawaban. Kita tidak bisa menyamaratakan semua tantangan dan permasalahan setiap orang. Setiap orang memiliki masalah dan tantangan kehidupan masing-masing. Untuk kamu, pembaca, yang sedang mengalami apapun itu masalah atau tantangan yang dihadapi dalam kehidupan, saya cuma ingin mengucapkan Terima Kasih. Terima kasih karena sudah menjadi kuat dan terus maju untuk menjadi orang hebat.

Saya juga ingin mengajak agar kita dapat perhatikan sekitar, terutama orang terdekat and your loved one. Terkadang kita tidak tahu apa yang dihadapi mereka. Di setiap senyuman, tawa, ketangguhan dan poker face setiap orang, mereka pasti memiliki tantangan masing-masing. Just ask as simple question as "How are you feeling today?", sangat membantu mereka.

Hidup kita hanya sekali, jadikan hidup ini momen berharga dan cerita kehidupan kita. Jadikan hidup kita bermanfaat, berguna bagi orang dan lingkungan sekitar. Semoga kisah saya ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi para pembaca.


Percayalah, Kita semua diciptakan hebat
Dan kita ditakdirkan untuk sesuatu yang hebat
Apapun itu sesuatu, itulah Takdir kita dari Tuhan
Raihlah sesuatu tersebut yang ditakdirkan untukmu
Salam positif dan semangat untuk mengejar sesuatu
— yodhi

Tulisan ini saya persembahkan sebagai wujud terima kasih:

  1. Kepada keluarga dan kedua orang tua saya, terutama Ibu yang selalu ada dan membantu saya serta mendukung saya untuk menjadi lebih hebat

  2. Kepada teman-teman saya yang walaupun saya dahulu tidak pernah bercerita tentang ini, namun kalian adalah salah satu obat bagi saya. keseruan dan kebersamaan dengan kalian adalah luar biasa

  3. Kepada dokter kedua yang kita temui (maaf saya tidak ingat namanya), saran dari dokter mengenai gaya hidup sehat terus terbawa hingga sekarang dan menjadikan pribadi baru saya saat ini.

Yodhi Signature
 
Yodhi

I'm a passionate individual driven by growth and motivation, dedicated to transforming my thoughts and ideas into engaging narratives on my blog. As an avid gym-goer and fitness enthusiast, I believe in the power of a healthy body for a healthy mind. My keen interest in business and self-development fuels my reading choices, constantly expanding my horizons. Above all, I am deeply committed to enhancing financial literacy, empowering others to achieve financial freedom and success.

https://www.yodhi.me
Previous
Previous

5 Pelajaran Berharga setelah Didiagnosis Epilepsi

Next
Next

Bulan Ramadan & Lebaran 2020 Memang Berbeda