Yodhi's Personal Website

View Original

Konsep Dasar Investasi

Berinvestasi merupakan kegiatan yang tidak dapat terpisahkan jika kita berbicara tentang perencanaan keuangan. Investasi merupakan salah satu langkah untuk mengumpulkan dan meningkatkan kekayaan serta menggapai tujuan keuangan. Berinvestasi idealnya dilakukan dengan cara yang bijaksana, berorientasi terhadap tujuan serta didukung dengan literasi keuangan yang baik. Berikut konsep dasar investasi yang dapat digunakan sebagai panduan awal dalam melakukan kegiatan berinvestasi:

Pengertian & Tujuan Investasi

Investasi adalah kegiatan menempatkan dana pada satu atau beberapa jenis aset atau instrumen keuangan selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai terhadap investasi tersebut. Investasi memungkinkan kita untuk menghindari berkurangnya nilai mata uang karena faktor inflasi. Oleh karena itu, setiap individu sebaiknya melakukan kegiatan berinvestasi karena nilai mata uang akan selalu tergerus oleh inflasi, yang pada akhirnya akan menurunkan nilainya. Investasi akan membantu kita menahan atau melawan efek inflasi sehingga kita dapat mempertahankan atau meningkatkan kekayaan.

Mengapa harus Berinvestasi

1. Mengalahkan Inflasi

Nilai mata uang akan tergerus oleh Inflasi. Menurut Bank Indonesia, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kita sering merasakan dampak inflasi di kehidupan sehari-hari. Contoh sederhana seperti biaya makan kita di suatu rumah makan dengan harga yang sama (misalnya Rp 10 Ribu) akan mendapatkan hasil / nilai yang berbeda 10 tahun mendatang. Oleh karena itu, kita selayaknya harus berinvestasi agar nilai kekayaan kita dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Atau dengan kata lain, berinvestasi adalah langkah untuk mengalahkan inflasi.

2. Mencapai Tujuan Keuangan

Setiap individu pasti memiliki tujuan keuangan di masa depan. Contoh tujuan keuangan yang umum adalah seperti membeli rumah, menikah, membeli kendaraan, dsb. Tujuan tersebut akan sulit untuk dicapai jika kita tidak menentukan rencana dan instrumen keuangan untuk mencapai tujuan keuangan tersebut. Berinvestasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencapai tujuan keuangan tersebut. Dengan perencanaan yang matang, tingkat pengembalian investasi diharapkan dapat membantu individu dalam mencapai tujuan keuangan mereka.

3. Mempersiapkan Masa Tua

Kita tidak akan selamanya dalam masa atau usia produktif untuk menghasilkan uang. Akan tiba masa di mana kita tidak lagi produktif dan tidak dapat menghasilkan penghasilan seperti sebelumnya. Sangat disarankan kita mempersiapkan masa tersebut sehingga kita dapat menikmati masa pensiun dengan gaya hidup yang diharapkan. Berinvestasi merupakan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan persiapan yang baik dan terencana, kita dapat mempersiapkan masa tua sedini mungkin sehingga saat masa itu datang kita dapat menikmati hidup sesuai dengan gaya hidup yang diharapkan.

Risiko Investasi

Meskipun berinvestasi disarankan bagi setiap individu, penting untuk memahami bahwa kegiatan ini memiliki risiko. Risiko dalam berinvestasi adalah kemungkinan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, atau bahkan lebih rendah. Semakin besar potensi tingkat keuntungan yang diharapkan atau yang ditawarkan maka semakin tinggi risiko investasi. Ini adalah prinsip yang biasa kita kenal sebagai "high risk high return".

Risiko tidak dapat dihindari, namun kita dapat meminimalisir risiko tersebut terjadi. Berikut beberapa hal yang perlu kita lakukan dalam berinvestasi

1. Pahami Tingkat Toleransi Risiko

Setiap individu memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda. Setiap toleransi risiko individu akan membantu untuk menentukan jenis instrumen investasi yang tepat. Untuk mengetahui tingkat toleransi risiko, kita dapat mengisi survey sederhana untuk mengetahui tingkat toleransi risiko kita. Tingkat toleransi risiko individu umumnya terbagi tiga:

  1. Tingkat risiko rendah: individu ini cenderung tidak berani dalam menanggung potensi risiko investasi yang tinggi. Umumnya individu yang sudah masuk masa tidak produktif atau sekitar umur 60-an ke atasakan memiliki tingkat risiko ini. Instrumen keuangan yang cocok bagi individu ini adalah instrumen keuangan dengan tingkat risiko dan pengembalian yang rendah seperti pasar uang, reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, atau surat utang negara.

  2. Tingkat risiko menengah: individu ini masih berani untuk menanggung potensi risiko investasi lebih tinggi dibandingkan individu dengan tingkat risiko rendah. Umumnya individu yang akan segera memasuki masa tidak produktif atau sekitar umur 40-50-an akan memiliki tingkat risiko ini. Instrumen keuangan yang cocok bagi individu ini adalah instrumen keuangan dengan tingkat risiko dan pengembalian yang menengah seperti reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, saham blue chip.

  3. Tingkat risiko tinggi: individu ini berani untuk menanggung potensi risiko investasi yang tinggi. Umumnya individu yang masih dalam masa  produktif atau sekitar umur 20-30-an akan memiliki tingkat risiko ini. Instrumen keuangan yang cocok bagi individu ini adalah instrumen keuangan dengan tingkat risiko dan pengembalian yang tinggi seperti reksadana campuran, saham, derifatif

2. Diversifikasi Investasi

Kita sering mendengar istilah "don't put eggs in one basket". Istilah populer ini berguna saat kita berinvestasi yang berarti kita harus men-diversifikasikan atau meragamkan instrumen investasi kita. Diversifikasi dapat dilakukan dengan memasukan sekian persen investasi kita di instrumen keuangan dengan tingkat risiko yang beragam. Contoh 25% di instrumen keuangan dengan tingkat risiko rendah seperti surat utang negara, 50% di instrumen keuangan dengan tingkat menengah seperti reksadana campuran dan 25% di instrumen keuangan dengan tingkat risiko tinggi seperti saham. Dengan mendiversifikasi instrumen investasi kita, diharapkan dapat meminimalisir saat ada risiko yang terjadi.

3. Dollar Cost Averaging

Istilah lain yang disarankan dalam berinvestasi adalah Dollar Cost Averaging. Dollar Cost Averaging adalah metode investasi yang mengandalkan komitmen untuk berinvestasi secara reguler tanpa perlu mengkhawatirkan kondisi pasar saat itu. Ini berarti kita konsisten berinvestasi secara reguler (tiap 1 bulan sekali) tanpa perlu mengkhawatirkan kondisi pasar itu dan dengan tetap mengedepankan tingkat toleransi risiko dan diversifikasi investasi. Harapannya dengan kita konsisten berinvestasi, dana yang kita investasikan di portofolio investasi kita akan jatuh di masa dengan kondisi market yang bervariatif sehingga jika ditarik garis panjang secara lama (beberapa tahun) kita dapat merasakan tingkat pengembalian yang menguntungkan.

Return dan Tingkat Pengembalian

Return atau pengembalian investasi adalah nilai yang didapat dari investasi yang telah dilakukan pada suatu instrumen investasi. Return terdiri dari dua komponen, yaitu (1) pendapatan dan (2) capital gain atau capital loss. Return dapat dihitung menggunakan rumus sederhana berikut:

Return = Pendapatan + [Capital Gain atau Capital Loss]

  • Pendapatan: adalah potensi pemasukan yang diperoleh dari investasi, seperti dividen (untuk saham) atau kupon (untuk obligasi).

  • Capital Gain atau Capital Loss: dihitung dengan mengurangi nilai investasi akhir dari nilai investasi awal.

Tingkat pengembalian adalah persentasi dari hasil investasi yang didapat dibandingkan dengan investasi awal. Semakin besar potensi tingkat pengembalian maka kecenderungannya memiliki tingkat risiko yang tinggi. Tingkat pengembalian dapat dihitung menggunakan rumus sederhana berikut:

Tingkat Pengembalian = Return : Investasi Awal

Contoh:

Seorang investor membeli saham ABC seharga Rp 5.000. Satu tahun kemudian, investor tersebut mendapat dividen sebesar Rp 500. Setelah mendapat dividen, satu bulan kemudian investor tersebut menjual saham ABC dengan harga Rp 6.000.

Return

= Dividen + [saham saat dijual - saham awal]

= Rp 500 + [Rp 6.000 - Rp 5.000]

= Rp 1.500

Tingkat Pengembalian

= Return : Investasi Awal

= Rp 1.500 : Rp 5.000

= 30%

Aset Investasi

Investasi dilakukan melalui berbagai instrumen yang secara umum disebut aset investasi. Setiap aset investasi terdiri dari berbagai jenis instrumen investasi, yang memberikan opsi beragam bagi individu atau investor. Setiap aset dan jenis investasi juga memiliki risiko investasi. Oleh karena itu, setiap individu sebaiknya merencanakan investasinya dengan matang, sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko yang dimiliki. Kita juga disarankan untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan untuk mempermudah kita dalam merencanakan tujuan keuangan dan investasi dengan tepat.

Aset investasi terbagi menjadi dua, yaitu

1. Aset Riil /  Real Assets

Aset riil adalah aset yang berwujud atau fisiknya dapat terlihat. Contoh aset riil seperti properti (rumah, apartemen, tanah), emas, kendaraan, dan aset berwujud lainnya

2. Aset Keuangan / Financial Assets

Aset keuangan adalah aset yang tidak berwujud, di mana nilainya berasal dari sebuah kontrak dan dapat diperdagangkan. Contoh aset keuangan meliputi deposito bank, surat utang/obligasi, reksadana, dan saham.

Jenis Investasi - Aset Keuangan

Aset keuangan tersedia dalam berbagai macam dan jenis. Macam aset keuangan juga akan menentukan instrumen investasi tersebut seperti tingkat risiko dan tingkat pengembalian. Bagi investor pemula, sangat disarankan untuk bermain di jenis investasi yang umum sesuai dengan tingkat risiko. Berikut beberapa jenis investasi di aset keuangan yang umum dan dapat menjadi pertimbangan opsi investasi:

1. Pasar Uang

Pasar uang adalah salah satu segmen dari sistem keuangan yang bersifat jangka pendek. Instrumen ini memiliki jangka waktu yang pendek, biasanya kurang dari satu tahun, dan sangat likuid. Likuid berarti instrumen ini sangat mudah dicairkan. Contoh umum dari instrumen pasar uang adalah Sertifikat Deposito yang biasa ditawarkan oleh bank. Sertifikat deposito umumnya memiliki tingkat pengembalian yang sedikit lebih tinggi dari tabungan. Karena sifat dan jenisnya tersebut, sertifikat deposito menjadi pilihan instrumen menarik bagi investor dengan tingkat risiko rendah.

Contoh lain dari instrumen pasar uang adalah 

  1. Sertifikat Bank Indonesia: sertifikat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

  2. Commercial Paper: sebuah sertifikat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta atau BUMN. Isi dari Commercial Paper adalah surat janji untuk membayar utang yang diterima pada suatu tanggal tertentu

  3. Surat Perbendaharaan Negara (SPN): menurut OJK, SPN adalah salah satu jenis Surat Utang Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002. SPN diterbitkan dengan jangka waktu kurang dari 12 bulan dan pembayaran bunga dilakukan secara diskonto.

2. Surat Utang / Obligasi

Surat utang atau obligasi adalah instrumen keuangan berupa utang, digunakan oleh entitas pemerintah, korporasi, atau lembaga lain untuk mengumpulkan dana. Dana tersebut akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan komitmen entitas yang menerbitkannya. Penerbit surat utang / obligasi akan membayar kembali pinjaman pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan dan umumnya akan membayar bunga (biasa disebut juga kupon) pada interval tertentu kepada pemegang surat utang / obligasi.

Surat utang / obligasi terdiri dari beberapa jenis, namun yang umumnya sering dikenal terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Surat Utang Negara (Pemerintah)

Surat Utang Negara (Pemerintah) adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah. Di Indonesia, umumnya disebut Surat Utang Negara (SUN). Menurut OJK, Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI).

Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon atau pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara yang diperdagangakan secara ritel disebut dengan Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Tujuan diterbitkannya ORI adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat atau investor individual untuk secara langsung memiliki dan memperdagangkan secara aktif dalam perdagangan Obligasi Negara. Obligasi Negara / SUN dianggap aman karena dijamin oleh undang-undang dan pemerintah, oleh karena itu obligasi negara / SUN merupakan instrumen yang sangat bagus untuk individu dengan tingkat risiko rendah dan sebagai salah satu alternatif untuk diversifikasi risiko.

2. Surat Utang Swasta / Korporasi

Surat Utang Swasta / Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau korporasi, umumnya digunakan sebagai salah satu metode pengumpulan dana. Tingkat risiko surat utang ini lebih tinggi dibandingkan dengan surat utang negara, sehingga menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Surat utang ini dapat dibeli melalui dua cara, yaitu melalui pasar perdana atau melalui pasar sekunder. Pasar perdana, berarti kita membeli langsung pada masa penawaran surat utang melalui perusahaan sekuritas yang ditunjuk resmi. Pasar sekunder berarti kita membeli melalui bursa atau perbankan.

3. Reksadana / Mutual Fund

Reksadana, atau mutual fund, didefinisikan dalam UU Pasar Modal sebagai sebuah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, yang kemudian diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Reksadana cocok bagi investor pemula karena menawarkan fleksibilitas dalam jenis reksadana yang sesuai dengan tingkat risiko, dikelola oleh manajer investasi profesional yang membantu membentuk portofolio investasi, dan umumnya memungkinkan investasi awal dengan jumlah yang sangat terjangkau, mulai dari nominal terkecil hingga Rp 10.000.

Untuk memahami Reksadana, kita dapat mempertimbangkan skenario berikut. Calon investor:

  1. Seringkali menghadapi tantangan dalam memilih dan mengelola portofolio investasi dari berbagai jenis instrumen keuangan

  2. Terkendala jumlah dana yang harus dimiliki untuk memulai investasi, dan

  3. Terkadang memiliki literasi finansial yang belum memadai.

Sebagai solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi oleh investor, Reksadana telah dirancang untuk mengatasi masalah ini. Reksadana mengumpulkan dana dari berbagai investor dan menginvestasikannya dalam portofolio investasi yang dikelola oleh Manajer Investasi bersertifikasi. Proses ini memungkinkan Reksadana untuk menjawab tiga tantangan utama yang dihadapi investor:

  1. Reksadana memberikan solusi bagi investor yang bingung memilih dan mengelola berbagai jenis instrumen investasi keuangan. Dana yang terkumpul dari banyak investor ini dikelola dalam sebuah portofolio investasi yang terdiversifikasi.

  2. Portofolio investasi ini dikelola oleh Manajer Investasi yang memiliki keahlian dan sertifikasi dalam mengelola dana investasi. Portofolio ini bisa terdiri dari berbagai aset keuangan, mulai dari pasar uang, surat utang, hingga saham, dengan tingkat risiko yang bervariasi dari rendah hingga tinggi.

  3. Besaran dan jenis aset keuangan dalam portofolio ini menentukan tingkat risiko Reksadana, yang berkisar dari rendah hingga tinggi. Manajer investasi bertanggung jawab untuk mengeluarkan Prospektus, yang berisi analisis, informasi tentang jenis aset keuangan dalam reksadana, serta tingkat potensi pengembalian. Prospektus ini sangat berguna bagi calon investor sebagai dasar dalam membuat keputusan investasi.

  4. Terakhir, Reksadana menawarkan berbagai manfaat, termasuk kemudahan dalam analisis dan pengelolaan investasi. Investasi dapat dimulai dengan dana yang relatif terjangkau dan Reksadana juga dapat diperjualbelikan kembali di pasar sekunder, memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi investor.

Berdasarkan tingkat pengembalian dan risiko (rendah ke tinggi), Reksadana terbagi menjadi empat kategori:

  1. Reksadana Pasar Uang, yang terdiri dari aset keuangan pasar uang jangka pendek;

  2. Reksadana Pendapatan Tetap, yang berfokus pada surat utang;

  3. Reksadana Campuran, yang menggabungkan aset keuangan pasar uang, surat utang, dan saham; 

  4. Reksadana Saham, yang terutama berinvestasi dalam saham.

4. Saham

Saham adalah instrumen aset keuangan yang memungkinkan investor untuk memiliki kepemilikan atas suatu perusahaan. Ketika membeli saham suatu perusahaan, kita menjadi pemegang saham, yang berarti kita memiliki sebagian porsi dari perusahaan tersebut, tergantung pada jumlah dan persentase saham yang dibeli. Saham diterbitkan oleh perusahaan sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan modal, yang kemudian dapat digunakan oleh perusahaan tersebut untuk berbagai keperluan.

Saham diperdagangkan di bursa saham, dan di Indonesia, perdagangan ini dilakukan melalui Indonesia Stock Exchange atau Bursa Efek Indonesia. Calon investor dapat membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Ada dua jenis saham yang dapat dibeli: saham perdana, yang diperdagangkan saat initial public offering (IPO), dan saham sekunder, yang diperdagangkan setelah IPO.

Nilai saham cenderung sangat fluktuatif dan sangat tergantung pada performa perusahaan itu sendiri. Saham adalah salah satu instrumen investasi dengan tingkat risiko yang cukup tinggi. Oleh karena itu, berinvestasi dalam saham memerlukan literasi keuangan dan kebijaksanaan yang tinggi. Bagi mereka yang belum memiliki literasi keuangan yang cukup, instrumen keuangan lain seperti reksadana campuran atau reksadana saham dapat menjadi pilihan alternatif.

-

Ini merupakan konsep dasar investasi yang dapat dijadikan panduan awal dalam kegiatan berinvestasi. Berinvestasi adalah aspek penting dalam merencanakan dan mencapai tujuan keuanganmu. Untuk mendapatkan bantuan dalam mencapai tujuan keuangan tersebut, sebaiknya berkonsultasi dengan perencana keuangan bersertifikasi. Salam sehat keuangan!


Rencanakan kebutuhan perencanaan keuanganmu bersama Yodhi, CFP, IFP. Konsultasikan rencana dan tujuan keuanganmu dan dapatkan kesempatan diskon layanan perencanaan keuangan. Konsultasi sekarang, di sini

See this link in the original post